Rabu, 11 Februari 2015

Sirah Nabawiyah: Tarbiyah Allaahu Ta'aala, Penyembuh Duka



Pada tahun ke-10 setelah kenabian terdapat ujian yang sangat berat bagi Rasulullaah Saw bersamaan dengan penindasan kaum musyrikin di Mekkah. Ujian ini adalah meninggalnya Abu Thalib, seorang paman yang telah mengasuh Nabi Saw dan banyak berjasa melawan orang-orang yang hendak berbuat jahat kepada Nabi Saw. Sejak dahulu Abu Thalib dan isterinya, Fatimah binti Asad menjadi wali asuh bagi Nabi Muhammad Saw setelah wafatnya Abdul Muthalib, kakek Nabi Sholallaahu 'alaihi wasalam.

Pada tahun yang sama, Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid radhiyallaahu ‘anha meninggal dunia. Dalam hal ini, Nabi Saw merasakan kehilangan seorang isteri terbaik, isteri shalihah yang setia mendukung perjuangan dan pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Saw di saat sempit dan lapang, dalam suka dan duka.

Kejadian luar biasa dialami oleh Nabi Saw, yakni isra’ sebuah perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Al-Aqsha di Ilia’ (sekarang Jerusalem) sebagaimana Allaah Azza wa Jalla berfirman, artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Isra’ : 1)

Perlu diperhatikan di sini bahwa istilah “mesjid” adalah tempat bersujudnya para hamba Allaah, dari sejak zaman Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw. Sehingga, perlu diketahui, pada masa jahiliyah sudah jelas ada mesjid di sekitar Ka’bah dan ada mesjid di Baitul Maqdis.

Nabi Saw mengisahkan pengalaman Mi’raj kepada para sahabatnya, seperti kata Yazid bin Abi Malik: "Anas bin Malik pernah bercerita pada kami: "Pada suatu kali Rasulullah Sholallaahu 'alaihi wasalam bersabda: "Telah didatangkan padaku seekor binatang yang besarnya hampir sama dengan kuda, langkah binatang itu sejauh mata memandang. Aku dipersilakan naik diatasnya, kemudian aku diajak pergi oleh Jibril. Ketika tiba disuatu tempat, maka aku disuruh turun dan disuruh mengerjakan sholat. Setelah aku laksanakan, maka Jibril bertanya: "Tahukah kamu dimanakah tadi kamu sholat?, Tempat ini adalah Madinah, tempat ini akan menjadi tempat hijrahmu". Kemudian aku melanjutkan perjalanan. Setelah itu Jibril memerintahkan aku turun dan memerintahkan aku mengerjakan sholat. Kemudian Jibril memberitahu bahwa tempat ini Thur Shina, di tempat inilah Allaah pernah berfirman pada Musa. Tidak lama setelah kami melanjutkan perjalanan kami, maka Jibril menyuruh aku untuk mengerjakan sholat. Kemudian Jibril memberitahu bahwa tempat itu adalah Bethlehem, di tempat ini Isa as dilahirkan. Ketika aku sampai di Baitul Maqdis, aku dapatkan para Nabi as telah berkumpul di tempat itu. Aku diperintahkan Jibril untuk menjadi imam sholat dengan para Nabi. Kemudian aku diajak menuju ke langit dunia, yaitu langit pertama. Di langit pertama aku menemui Adam as. Selanjutnya aku diajak meneruskan perjalanan hingga ke langit kedua. Di langit kedua aku menemukan Isa dan Yahya as. Kemudian aku diajak melanjutkan perjalanan hingga ke langit ke tiga. Di langit ke tiga aku menemui Yusuf as. Kemudian aku diajak melanjutkan perjalanan hingga langit ke empat. Di langit ke empat ini aku menemui Harun as. Kemudian aku diajak melanjutkan perjalanan hingga langit ke lima. Di langit kelima ini aku bertemu dengan Idris as. Kemudian aku diajak melanjutkan perjalanan hingga langit keenam. Dilangit keenam aku menemui Musa as. Dan akhirnya aku diajak melanjutkan perjalanan hingga di langit ke tujuh. Di langit yang ketujuh aku bertemu dengan Ibrahim as. Setelah itu aku diajak melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih tinggi hingga sampai di Sidratil Munthaha. Di tempat ini aku diliputi oleh awan. Kemudian aku bersujud. Di saat itulah Allaah berfirman: "Sejak Aku jadikan langit dan bumi, Aku telah menetapkan bagimu dan umatmu 50 kali sholat fardhu. Karena itu kerjakanlah olehmu dan umatmu". Ketika aku melalui di tempat Nabi Ibrahim, aku tidak mendapat pertanyaan apapun dari Ibrahim. Ketika aku melalui tempat Musa, maka Musa bertanya: "Berapa sholat yang difardhukan Tuhanmu bagi umatmu?" Kata Musa: "Sesungguhnya kewajiban itu terlalu berat bagimu dan umatmu, karena itu kembalilah pada Tuhanmu dan mohonlah keringanan". Ketika aku kembali pada Tuhanku untuk memohon keringanan, maka tuhanku memberi keringanan 10. Setelah aku kembali pada Musa, maka oleh Musa aku dianjurkan untuk kembali pada Tuhanku guna memohon keringanan lagi. Demikianlah seterusnya hingga diringankan bagiku hingga menjadi 5 kali sholat. Ketika aku beritahukan pada Musa, maka Musa berkata: "Kembalilah pada Tuhanmu dan mohonlah keringanan sekali lagi. Sesungguhnya telah diwajibkan atas Bani Israil hanya 2 kali sholat, akan tetapi mereka tidak mampu mengerjakannya". Ketika aku kembali pada Tuhanku untuk memohon keringanan. Maka Allaah berfirman: "Sejak Aku jadikan langit dan bumi telah Aku tetapkan bagimu dan umatmu 50 kali sholat. Kini telah Aku ringankan menjadi 5 kali sholat. Sholat 5 kali itu Aku samakan dengan 50 kali sholat, karena itu terimalah kewajiban ini dan kerjakan dengan sebaiknya." Setelah aku tahu bahwa ketetapan Tuhanku tidak dapat diubah, maka aku kembali pada Musa. Ketika Musa menganjurkan aku untuk mohon keringanan kembali, maka aku katakan bahwa: "Ketetapan akhir yang sudah ditetapkan tak akan diubah lagi oleh Tuhanku." (Kitab Sunan An-Nasai Jilid 1; 0437)

Setelah Nabi Saw diperjalankan oleh Allaah ke Baitul Maqdis dan menyelesaikan shalat di komplek Masjidil Aqsha, lalu beliau Saw menaiki sebuah bukit bebatuan. Dari atas bebatuan itu Nabi Saw hendak diberangkatkan ke langit. 

Nabi Saw mengalami mi’raj, sebuah kejadian dimana Nabi Saw diangkat ke Shidratul Muntaha untuk bertemu dengan Allaah, para Nabi dan Rasul sebelum beliau Saw, dan para malaikat. Alhamdulillaah, atas ijin Allaah, pelajaran tentang rahasia syurga dan neraka, rahasia keberadaan para Nabi dan Rasul, serta kewajiban shalat 5 waktu pun diterima Nabi Saw melalui pengalaman mi’raj ini.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَىٰ
عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ
لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
 
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (Qs. An-Najm : 13-18).

Dari Malik bin Sha'sha'ah ra, seorang pemimpin dalam kaumnya, katanya Nabi Saw bersabda: "Ketika aku sedang berbaring di tempat tidur dalam keadaan antara tidur dan bangun, tiba-tiba aku mendengar seseorang berbicara, lalu dia mendatangi dan membawa ku pergi. Kemudian aku dibawakannya sebuah bejana emas berisi air zamzam, lalu dibelahnya dadaku dari sini hingga ke sini. Tanya Qatadah, "Hingga mana dibelahnya?" Jawabnya, "Hingga bawah perutnya." Lalu dikeluarkannya hatiku, dan dibersihkannya dengan air zamzam. Sesudah itu diisinya dengan iman dan hikmah. Kemudian aku dibawakannya seekor binatang berwarna putih yang disebut Buraq', lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari baghal. Apabila binatang itu melompat, maka lompatannya sejauh mata memandang. Lalu aku dinaikkannya ke punggung binatang itu, dan sesudah itu kami pergi hingga sampai ke langit dunia. Lalu Jibril as minta supaya dibukakan pintu. Dia ditanya, "Siapa itu?" Jawab Jibril, "Aku Jibril!" Tanya: "Siapa bersama Anda?" Jawab: "Muhammad saw.!" Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab : "Ya, sudah!" Sesudah itu barulah penjaga membukakan pintu untuk kami seraya berkata, "Selamat datang tetamu agung!" Kata Nabi Saw selanjutnya, "Kemudian kami bertemu dengan Adam as, sesudah itu di langit kedua dengan Isa dan Yahya as, di langit ketiga dengan Yusuf, keempat dengan Idris, dan di langit kelima dengan Harun as. Kami terus juga pergi, hingga sampai ke langit keenam. Di sana kami bertemu dengan Musa as. Aku memberi salam kepadanya, dan dia menjawab salamku pula. "Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih," ujarnya. Ketika aku telah berlalu daripadanya, dia menangis. Lalu dia ditanya oleh suara yang didengar, "Kenapa Anda menangis?" Jawab Musa as, "Ya Allaah, Engkau mengutus anak ini menjadi Rasul sesudahku. Tetapi umatnya lebih banyak yang masuk syurga daripada umatku." Kemudian kami pergi pula, hingga sampai ke langit ketujuh. Di sana aku bertemu dengan Ibrahim as, dan melihat empat buah sungai yang dua sumbernya kelihatan dan yang dua lagi tidak kelihatan. Aku bertanya, "Ya, Jibril! Sungai apakah ini?" Jawab Jibril, "Dua sungai yang tidak kelihatan sumbernya ialah dari syurga, sedangkan dua lagi yang kelihatan sumbernya, ialah sungai Nil dan sungai Furat." Kemudian aku dibawa naik ke Baitul Ma'mur. Aku bertanya kepada Jibril, "Apa ini?" Jawab Jibril, "Ini Baitul Ma'mur. Setiap hari tujuh puluh ribu malaikat masuk ke dalam, dan apabila mereka keluar mereka tidak akan kembali lagi ke dalam untuk selama-lamanya." Kemudian aku diberi dua buah bejana, yang satu berisi khamar dan satu lagi berisi susu. Tetapi aku justru memilih susu. Katanya, "Pilihan anda sungguh tepat!" Kemudian diwajibkan kepada ku sholat 50 kali sehari semalam sebagaimana telah diceritakan. (Kitab Shahih Muslim Jilid 1; 0318)

Nabi Saw pun kembali diturunkan ke bumi Mekkah dengan semangat dan keyakinan untuk menegakkan kebenaran tauhid, memperbaiki akhlak manusia dan mengajarkan ilmu pengetahuan serta teknologi kepada manusia supaya dapat memakmurkan bumi Allaah dan lingkungan sekitarnya. 

Nabi Muhammad Saw sudah bersiap kembali dengan kemurnian hati yang baru disucikan untuk kedua kalinya. Beliau Saw tawakkal untuk menghadapi episode baru mendidik umat manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.



-----

Terima Kasih, Selamat Mendidik Generasi
Ridza Gandara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar