Pada tahun ke-10 setelah kenabian terdapat ujian yang
sangat berat bagi Rasulullaah Saw bersamaan dengan penindasan kaum musyrikin di
Mekkah. Ujian ini adalah meninggalnya Abu Thalib, seorang paman yang telah mengasuh
Nabi Saw dan banyak berjasa melawan orang-orang yang hendak berbuat jahat
kepada Nabi Saw. Sejak dahulu Abu Thalib dan isterinya, Fatimah binti Asad
menjadi wali asuh bagi Nabi Muhammad Saw setelah wafatnya Abdul Muthalib, kakek
Nabi Sholallaahu 'alaihi wasalam.
Pada tahun yang sama, Ummul Mu’minin Khadijah binti
Khuwailid radhiyallaahu ‘anha meninggal dunia. Dalam hal ini, Nabi Saw
merasakan kehilangan seorang isteri terbaik, isteri shalihah yang setia
mendukung perjuangan dan pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Saw di saat
sempit dan lapang, dalam suka dan duka.
Kejadian luar biasa dialami oleh Nabi Saw, yakni isra’ sebuah
perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Al-Aqsha di Ilia’
(sekarang Jerusalem) sebagaimana Allaah Azza wa Jalla berfirman, artinya: “Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. Al-Isra’ : 1)
Perlu
diperhatikan di sini bahwa istilah “mesjid” adalah tempat bersujudnya para
hamba Allaah, dari sejak zaman Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw.
Sehingga, perlu diketahui, pada masa jahiliyah sudah jelas ada mesjid di
sekitar Ka’bah dan ada mesjid di Baitul Maqdis.
Nabi Saw mengisahkan pengalaman Mi’raj kepada para
sahabatnya, seperti kata Yazid bin Abi Malik:
"Anas bin Malik pernah bercerita pada kami: "Pada suatu kali
Rasulullah Sholallaahu 'alaihi wasalam bersabda: "Telah didatangkan padaku seekor binatang yang
besarnya hampir sama dengan kuda, langkah binatang itu sejauh mata memandang.
Aku dipersilakan naik diatasnya, kemudian aku diajak pergi oleh Jibril. Ketika
tiba disuatu tempat, maka aku disuruh turun dan disuruh mengerjakan sholat.
Setelah aku laksanakan, maka Jibril bertanya: "Tahukah kamu dimanakah tadi
kamu sholat?, Tempat ini adalah Madinah, tempat ini akan menjadi tempat
hijrahmu". Kemudian aku melanjutkan perjalanan. Setelah itu Jibril
memerintahkan aku turun dan memerintahkan aku mengerjakan sholat. Kemudian
Jibril memberitahu bahwa tempat ini Thur Shina, di tempat inilah Allaah pernah
berfirman pada Musa. Tidak lama setelah kami melanjutkan perjalanan kami, maka
Jibril menyuruh aku untuk mengerjakan sholat. Kemudian Jibril memberitahu bahwa
tempat itu adalah Bethlehem, di tempat ini Isa as dilahirkan. Ketika aku sampai
di Baitul Maqdis, aku dapatkan para Nabi as telah berkumpul di tempat itu. Aku
diperintahkan Jibril untuk menjadi imam sholat dengan para Nabi. Kemudian aku
diajak menuju ke langit dunia, yaitu langit pertama. Di langit pertama aku
menemui Adam as. Selanjutnya aku diajak meneruskan perjalanan hingga ke langit
kedua. Di langit kedua aku menemukan Isa dan Yahya as. Kemudian aku diajak
melanjutkan perjalanan hingga ke langit ke tiga. Di langit ke tiga aku menemui
Yusuf as. Kemudian aku diajak melanjutkan perjalanan hingga langit ke empat. Di
langit ke empat ini aku menemui Harun as. Kemudian aku diajak melanjutkan
perjalanan hingga langit ke lima. Di langit kelima ini aku bertemu dengan Idris
as. Kemudian aku diajak melanjutkan perjalanan hingga langit keenam. Dilangit
keenam aku menemui Musa as. Dan akhirnya aku diajak melanjutkan perjalanan
hingga di langit ke tujuh. Di langit yang ketujuh aku bertemu dengan Ibrahim
as. Setelah itu aku diajak melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih tinggi
hingga sampai di Sidratil Munthaha. Di tempat ini aku diliputi oleh awan.
Kemudian aku bersujud. Di saat itulah Allaah berfirman: "Sejak Aku jadikan
langit dan bumi, Aku telah menetapkan bagimu dan umatmu 50 kali sholat fardhu.
Karena itu kerjakanlah olehmu dan umatmu". Ketika aku melalui di tempat
Nabi Ibrahim, aku tidak mendapat pertanyaan apapun dari Ibrahim. Ketika aku
melalui tempat Musa, maka Musa bertanya: "Berapa sholat yang difardhukan Tuhanmu
bagi umatmu?" Kata Musa: "Sesungguhnya kewajiban itu terlalu berat
bagimu dan umatmu, karena itu kembalilah pada Tuhanmu dan mohonlah
keringanan". Ketika aku kembali pada Tuhanku untuk memohon keringanan,
maka tuhanku memberi keringanan 10. Setelah aku kembali pada Musa, maka oleh
Musa aku dianjurkan untuk kembali pada Tuhanku guna memohon keringanan lagi.
Demikianlah seterusnya hingga diringankan bagiku hingga menjadi 5 kali sholat.
Ketika aku beritahukan pada Musa, maka Musa berkata: "Kembalilah pada
Tuhanmu dan mohonlah keringanan sekali lagi. Sesungguhnya telah diwajibkan atas
Bani Israil hanya 2 kali sholat, akan tetapi mereka tidak mampu
mengerjakannya". Ketika aku kembali pada Tuhanku untuk memohon keringanan.
Maka Allaah berfirman: "Sejak Aku jadikan langit dan bumi telah Aku
tetapkan bagimu dan umatmu 50 kali sholat. Kini telah Aku ringankan menjadi 5
kali sholat. Sholat 5 kali itu Aku samakan dengan 50 kali sholat, karena itu
terimalah kewajiban ini dan kerjakan dengan sebaiknya." Setelah aku tahu bahwa
ketetapan Tuhanku tidak dapat diubah, maka aku kembali pada Musa. Ketika Musa
menganjurkan aku untuk mohon keringanan kembali, maka aku katakan bahwa:
"Ketetapan akhir yang sudah ditetapkan tak akan diubah lagi oleh
Tuhanku." (Kitab Sunan An-Nasai Jilid 1; 0437)
Setelah Nabi Saw diperjalankan oleh Allaah ke Baitul
Maqdis dan menyelesaikan shalat di komplek Masjidil Aqsha, lalu beliau Saw
menaiki sebuah bukit bebatuan. Dari
atas bebatuan itu Nabi Saw hendak diberangkatkan ke langit.
Nabi Saw mengalami mi’raj, sebuah kejadian dimana Nabi
Saw diangkat ke Shidratul Muntaha untuk bertemu dengan Allaah, para Nabi dan
Rasul sebelum beliau Saw, dan para malaikat. Alhamdulillaah, atas ijin Allaah,
pelajaran tentang rahasia syurga dan neraka, rahasia keberadaan para Nabi dan
Rasul, serta kewajiban shalat 5 waktu pun diterima Nabi Saw melalui pengalaman mi’raj
ini.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَىٰ
عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ
لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
“Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
(Qs.
An-Najm : 13-18).
Dari
Malik bin Sha'sha'ah ra, seorang pemimpin dalam kaumnya, katanya Nabi Saw
bersabda: "Ketika aku sedang berbaring di tempat tidur dalam keadaan
antara tidur dan bangun, tiba-tiba aku mendengar seseorang berbicara, lalu dia
mendatangi dan membawa ku pergi. Kemudian aku dibawakannya sebuah bejana emas
berisi air zamzam, lalu dibelahnya dadaku dari sini hingga ke sini. Tanya
Qatadah, "Hingga mana dibelahnya?" Jawabnya, "Hingga bawah
perutnya." Lalu dikeluarkannya hatiku, dan dibersihkannya dengan air
zamzam. Sesudah itu diisinya dengan iman dan hikmah. Kemudian aku dibawakannya
seekor binatang berwarna putih yang disebut Buraq', lebih besar dari keledai
tetapi lebih kecil dari baghal. Apabila binatang itu melompat, maka lompatannya
sejauh mata memandang. Lalu aku dinaikkannya ke punggung binatang itu, dan
sesudah itu kami pergi hingga sampai ke langit dunia. Lalu Jibril as minta
supaya dibukakan pintu. Dia ditanya, "Siapa itu?" Jawab Jibril,
"Aku Jibril!" Tanya: "Siapa bersama Anda?" Jawab:
"Muhammad saw.!" Tanya: "Apakah dia sudah diutus?" Jawab :
"Ya, sudah!" Sesudah itu barulah penjaga membukakan pintu untuk kami
seraya berkata, "Selamat datang tetamu agung!" Kata Nabi Saw
selanjutnya, "Kemudian kami bertemu dengan Adam as, sesudah itu di langit
kedua dengan Isa dan Yahya as, di langit ketiga dengan Yusuf, keempat dengan
Idris, dan di langit kelima dengan Harun as. Kami terus juga pergi, hingga
sampai ke langit keenam. Di sana kami bertemu dengan Musa as. Aku memberi salam
kepadanya, dan dia menjawab salamku pula. "Selamat datang saudara yang
shalih dan Nabi yang shalih," ujarnya. Ketika aku telah berlalu
daripadanya, dia menangis. Lalu dia ditanya oleh suara yang didengar,
"Kenapa Anda menangis?" Jawab Musa as, "Ya Allaah, Engkau
mengutus anak ini menjadi Rasul sesudahku. Tetapi umatnya lebih banyak yang
masuk syurga daripada umatku." Kemudian kami pergi pula, hingga sampai ke
langit ketujuh. Di sana aku bertemu dengan Ibrahim as, dan melihat empat buah
sungai yang dua sumbernya kelihatan dan yang dua lagi tidak kelihatan. Aku
bertanya, "Ya, Jibril! Sungai apakah ini?" Jawab Jibril, "Dua
sungai yang tidak kelihatan sumbernya ialah dari syurga, sedangkan dua lagi
yang kelihatan sumbernya, ialah sungai Nil dan sungai Furat." Kemudian aku
dibawa naik ke Baitul Ma'mur. Aku bertanya kepada Jibril, "Apa ini?"
Jawab Jibril, "Ini Baitul Ma'mur. Setiap hari tujuh puluh ribu malaikat
masuk ke dalam, dan apabila mereka keluar mereka tidak akan kembali lagi ke
dalam untuk selama-lamanya." Kemudian aku diberi dua buah bejana, yang
satu berisi khamar dan satu lagi berisi susu. Tetapi aku justru memilih susu.
Katanya, "Pilihan anda sungguh tepat!" Kemudian diwajibkan kepada ku sholat
50 kali sehari semalam sebagaimana telah diceritakan. (Kitab Shahih Muslim
Jilid 1; 0318)
Nabi Saw pun kembali diturunkan ke bumi Mekkah
dengan semangat dan keyakinan untuk menegakkan kebenaran tauhid, memperbaiki
akhlak manusia dan mengajarkan ilmu pengetahuan serta teknologi kepada manusia
supaya dapat memakmurkan bumi Allaah dan lingkungan sekitarnya.
Nabi Muhammad Saw sudah bersiap kembali dengan
kemurnian hati yang baru disucikan untuk kedua kalinya. Beliau Saw tawakkal untuk
menghadapi episode baru mendidik umat manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Terima Kasih, Selamat Mendidik Generasi
Ridza Gandara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar