Sementara Rasulullaah Saw berada di Mekkah bersama
kaum muslimin yang masih cukup sabar terhadap ujian kekerasan yang dilancarkan
oleh musyrikin dari kaum Quraisy. Sungguh di dalam proses penyebaran Islam pada
masa ini di Mekkah merupakan sebuah kegiatan pendidikan di tengah kekerasan dan
ancaman pembunuhan.
Dalam segi kesukuan, para musyrikin dari Quraisy
menumpahkan kemarahan mereka dengan membuat sebuah nota perjanjian (shahifah)
di kalangan mereka, yakni:
1.
Tidak boleh menikah dengan wanita-wanita dari Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
2.
Tidak menikahkan putri-putri mereka dengan
orang-orang dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
3.
Tidak boleh menjual sesuatu apa pun kepada Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
4.
Tidak boleh membeli sesuatu apa pun dari Bani Hasyim
dan Bani Abdul Muthalib.
Kemudian, tulisan shahifah ditempelkan di
tengah-tengah Ka’bah sebagai pengumuman atas kesatuan mereka.
Abu Jahal memperketat penjagaan agar tidak ada orang
yang berhubungan dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sehingga ia mencegat
seorang keponakan Khadijah radhiyallaahu ‘anha. Saat Hakim bin Hizam bin
Khuwailid hendak mengantarkan tepung kepada bibinya dan Nabi Saw yang sedang
berada di Syi’b, tempat biasa Nabi Saw melakukan pengajaran sholat dan
aktifitas lainnya, maka Abu Jahal hendak berbuat jahat pada Hakim, namun
terlihat oleh Abu Al-Bakhtari bin Hisyam. Hingga akhirnya Abu Jahal dan Abu
Al-Bakhtari berkelahi. Kejadian ini pun nampak oleh Hamzah bin Abdul Muthalib
sampai kepala Abu Jahal terluka cukup parah akibat dipukul dengan tulang rahang
unta oleh Abu Al-Bakhtari.
Abu Lahab menghina dan mengancam Nabi Saw, sedangkan
Ummu Jamil isteri Abu Lahab berusaha memukul Nabi Saw dengan membawa batu.
Hanya saja mereka luput untuk menyakiti Nabi Saw yang dilindungi oleh Allaah.
Kemudian turunlah surat Al-Lahab sebagai sebuah penjelasan dari Allaah kepada
Nabi Saw tentang keadaan yang akan menima Abu Lahab.
Meski ada embargo terhadap Rasulullaah Saw,
pengikutnya dan khususnya kepada keluarganya dari Bani Hasyim dan Bani
Muthalib, mereka tetap melakukan pendidikan Islam secara terang, terbuka untuk
semua orang di siang dan malam.
Gangguan semakin menjadi-jadi. Ketika Umaiyyah bin
Khalaf bin Wahb melihat langsung Nabi Saw, lalu ia mengumpat dan mencaci maki
Nabi Saw, maka turunlah surat Al-Humazah ayat 1 sampai ayat 9 menjelaskan
tentang keadaan Umaiyyah si pengumpat.
Al-Ash bin Wail mengatakan bahwa ia tidak akan
memberikan uang pembayaran pedang buatan Khabbab bin Al-Arat sampai hari kiamat
datang dan ia menjelek-jelekan Nabi Saw serta para sahabatnya. Maka turunlah
ayat tentang Al-Ash bin Wail yang dapat dijumpai pada surat Maryam ayat 77
sampai 80.
An-Nadhr bin Harits menuduh Nabi Saw di saat beliau
Saw sedang mengajarkan Al-Quran dan maknanya kepada orang banyak secara
terbuka. An-Nadhr mengatakan bahwa Al-Quran adalah dongeng-dongeng yang tidak
lebih baik dari dongeng An-Nadhr sendiri. Maka turunlah ayat pada surat
Al-Furqan ayat 5 sampai 6; Al-Qalam ayat 15; Al-Jatsiyah ayat 7 sampai 8 dan; Ash-Shaffat
ayat 151 sampai 152.
Dalam masa yang sangat panas interaksi sosialnya
ini, Rasulullaah Saw sebagai manusia biasa mengalami kemarahan dan beliau Saw
menghina patung-patung yang disembah oleh kaum musyrikin Mekkah. Kemudian, Abu
Jahal mengancam akan menghina Allaah, jika Nabi Saw tidak berhenti menghina
tuhan-tuhan sembahannya. Maka turunlah ayat 108 dalam surat Al-An’am dimana
Allaah sebagai Rabb Yang Maha Mengetahui mendidik akhlaq Nabi Saw agar berhenti
menghina patung-patung sembahan kaum musyrikin itu karena resikonya nanti
mereka akan memaki Allaah dengan cara melampaui batas tanpa pengetahuan. Dan
Nabi Saw pun bersegera mengikuti perintah Allaah.
Al-Walid bin Mughirah, Al-Akhnas bin Syariq, Ubai
bin Khalaf dan Uqbah bin Abu Muaith pun mereka semua kebagian menjadi
orang-orang musyrik yang disebut dalam ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan
kepada Nabi Saw sebagai penjelas tentang keadaan mereka.
Bahkan sebuah negosiasi pun dilancarkan oleh
tokoh-tokoh musyrikin Quraisy kepada Nabi Saw agar kaum musyrikin menyembah
Allaah dan agar Nabi Saw menyembah Lata, Uza dan Manat. Mereka ingin Nabi Saw
dan para pengikutnya mencampurkan ajaran tauhid dengan ajaran syirik. Akhirnya
Allaah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan ayat 1 sampai 6 dalam surat Al-Kafirun.
Sehingga Nabi Saw pun segera menjawab ajakan negosiasi mereka dengan kandungan
ayat-ayat tersebut.
Dalam pertemuan berikutnya Rasulullaah Saw sedang
berbicara dengan Al-Walid bin Mughirah dan beliau Saw sangat ingin Al-Walid
masuk Islam, kemudian datanglah Ibnu Ummi Maktum dari Bani Amir bin Luai yang
meminta kepada Nabi Saw agar ia diajari Al-Quran. Namun pada saat itu Nabi Saw
tidak bersedia karena sibuk berbicara dengan Al-Walid. Ketika Ibnu Ummi Maktum
terus-menerus meminta Nabi Saw meminta dibacakan Al-Quran, maka Nabi Saw pun
sebagai manusia biasa merasa hal itu mengganggu dan akhirnya beliau Saw
memalingkan dirinya dengan menampakkan muka masam. Dalam hal ini memang Ibnu
Ummi Maktum tidak melihat ekspresi tersebut karena ia adalah tunanetra, kemudian Allaah Yang Maha Mengetahui menurunkan ayat 1
sampai 14 dalam surat ‘Abasa kepada Nabi Saw agar bersegera memperhatikan Ibnu
Ummi Maktum yang ingin mendapatkan pengajaran serta membersihkan diri dari
ideology syirik yang ada di Mekkah. Dan Nabi Saw pun memohon ampun kepada
Allaah dan segera kembali memperhatikan Ibnu Ummi Maktum dengan cara meminta
maaf, berbicara dengannya dan membacakan Al-Quran kepadanya.
Selama Nabi Saw berupaya mengajarkan Islam, ternyata
Allaah memberikan tuntunan melalui ayat-ayat yang diturunkannya dengan sangat
tepat guna memperbaiki perilaku Rasul-Nya agar tampil sebagai pendidik
berakhlak Qurani. Pendidik terbaik.
Seorang pendidik sejati adalah orang yang siap
menerima tuntunan yang mengarahkan pada perbaikan; perbaikan pemahaman,
perbaikan keterampilan dan perbaikan sikap yang semuanya merupakan sebuah
entitas kesiapan seorang pendidik. Keberanian Nabi Saw untuk mengajarkan Islam
kepada penduduk Mekkah adalah wujud ketaatannya kepada Allaah. Bilamana Nabi
Saw mendekati atau melakukan kesalahan dalam proses tersebut, maka beliau Saw
akan dituntun oleh Allaah dengan wahyu, ayat-ayat mukjizat atau Al-Quranul
Kariim. Sehingga Nabi Saw akan tetap terjaga dan senantiasa berlaku sabar
mendidik siapa pun, Alhamdulillaah.
-----
Terima Kasih, Selamat Mendidik Generasi
Ridza Gandara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar