Selasa, 06 Oktober 2009

Pendidikan Keluarga, Efektif Membangun Karakter Anak Cerdas, Mandiri dan Sejahtera

Keluarga sebagai unit terkecil sebuah bangsa adalah unit paling penting yang menopang peradaban sebuah negara bangsa. Baik itu negara bangsa yang diikat oleh kesatuan republik atau ideologi apa pun, tetaplah keluarga sebagai unit: organisasi terkecil yang punya peran penting dalam pembangunan negara tersebut.

Sistem Pendidikan Nasional (SPN) di Indonesia mengisyaratkan akomodasi yang legal, bahwa pendidikan informal, seperti yang sudah lama hidup di dalam keluarga rakyat Indonesia itu adalah sangat penting, sama halnya dengan jalur pendidikan formal di sekolah dan jalur pendidikan non-formal di tempat-tempat pelatihan.

Ironis...tatkala saya tanyakan kepada seorang nelayan, Pak Miswan namanya.
"Apakah anak-anak di sekitar rumah bapak di Pangandaran ini sudah lihai menangkap ikan?", maka, jawabnya "...mereka belum sempat, karena saat ini kebanyakan sibuk dengan bermain motor, mungkin ingin jadi tukang ojek saja, dapat banyak uang."

Selama hampir 3 bulan saya melaksanakan penelitian di Pangandaran, ternyata, minat anak-anak di pesisir pantai selatan Jawa Barat ini masih belum antusias dan belum merasakan kepentingan dari mencari ikan ke laut.

Apabila anak-anak kita dididik dengan orientasi mencari kedudukan, gelar, pangkat, status PNS dan memiliki banyak harta. Bahkan di dalam keluarganya pun dipaksa untuk mencari uang, uang, uang dan melulu uang. Maka, generasi mungil yang lucu itu akan diubah menjadi mesin pencari uang oleh keluarganya. Dan bukan tidak mungkin, bahwa di lingkungan tetangga dan lingkungan sekolah formalnya pun, anak-anak kita terpengaruh untuk mendapatkan "achievement" hanya berupa "uang"

Seperti yang terjadi di Pangandaran...
Para orangtua pun jadi mulai gelisah, bahwa tayangan televisi, tempat penyewaan playstation, tempat hiburan malam, orang dewasa yang mengojek dan para pendatang yang berdagang di Pangandaran akan mempengaruhi anak-anak mereka menjadi pekerja, pencari uang.

Padahal uang itu pada akhirnya akan berakhir menjadi beras yang dibeli untuk dimasak menjadi nasi. Lalu, untuk membeli sayuran dan ikan yang juga akan dimasak sebagai bahan konsumsi pangan mereka.

Selama pendidikan keluarga masih berjalan. Maka, efektifkanlah untuk mendidik anak agar mampu memiliki pengetahuan akan pentingnya kebutuhan pook sebagai manusia, lalu keterampilan mengelola sawah, berkebun, menjaring dan menjaring ikan, sampai berternak unggas, ikan, kambing,sapi dan domba.

Mengapa?
Karena setiap usaha yang menghasilkan kebutuhan pokok secara langsung akan menjadi pengaman utama ketahanan diri, termasuk ketahanan pangan.

Anak-anak kita, kelak saat tidak bisa beli beras, dan tidak punya teman nasi panganannya itu, maka, ia bisa mengambil beras di gubug penyimpanan beras dan mereka bisa menangkap ikan di laut atau di kolam.

Sedangkan dengan uang, harga bahan pangan bisa melambung tinggi tak terjangkau. Dan ketika anak-anak kita tidak punya uang. Lalu, mereka tidak bisa makan, karena mereka tidak tahu dan tidak mampu mencari bahan makanan yang sesungguhnya sangat pook dan bisa disiapkan sebelum masa lapar itu tiba, yakni dengan cara bertani atau berternak atau menangkap ikan di laut dan di kolam.

Mari kita renungkan kembali. Mobil dan motor saat kita beli sampai susah payah, ijazah dan gelar yang kita raih dengan kerja keras, itu semua tidak bisa dimakan! Apalagi disaat kita membutuhkan makanan pokok,maka sebagai rekomendasi:
  1. Bagi para profesional dan orang dewasa hari ini, segeralah berinvestasi di bidang pertanian dan peternakan, apalagi bagi yang masih punya kampung halaman. Kembangkanlah desa-desa kita semua untuk menopang kesejahteraan diri dan keluarga. Dan didiklah generasi termuda di kalangan kalian untuk meneruskan budaya kemandirian dan kecerdasan dalam menopang kesejahteraan keluarga dengan pemberdayaan potensi ternak, kebun, dan lahan pertanian.
  2. Bagi para guru dan dosen, didiklah anak-anak bangsa ini untuk tahu, terampil dan mampu bersikap mandiri mengelola kekayaan alam sekitarnya, terutama di pedesaan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
  3. Bagi para orangtua, silahkan segera merencanakan investasi agro untuk kebutuhan keluarga, milikilah lahan pertanian yang berdayaguna dan didiklah anak-anak menjadi insan yang cerdas seutuhnya: paham, terampil dan mampu bersikap mandiri mendapatkan kebutuhan pokoknya untuk kesejahteraan diri dan keluarga.

    Terima kasih, salam.
    Ridza Gandara

Minggu, 01 Februari 2009

Bagaimana Membuat Tujuan Pendidikan Islam untuk PAUD (Bagian 2)


Kedua, buatlah sebuah gambaran umum tentang profil lulusan PAUD yang terlintas di dalam diri kita, coba tuliskan. Setelah adanya gambaran umum, maka perlu gambaran khusus yang menjadi penjelasannya. Ambilah sifat, ciri, tanda atau karakter yang bisa digunakan sebagai unsur penjelas untuk profil lulusan PAUD yang hendak menampilkan anak didik sebagai pribadi muslim terbaik. Lakukanlah pendistribusian semua unsur penjelas tersebut ke dalam profil lulusan yang dibutuhkan oleh anak didik, orangtua dan ummat. Misalnya kita buat sebagai berikut:

Profil lulusan PAUD Al-Fatih yang terlintas dalam diri adalah sebagai berikut:
  1. Cerdas
  2. Berakhlak mulia
  3. Shalih
Contoh profil lulusan di atas merupakan curahan harapan, proyeksi kebutuhan dan gambaran penjelas yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti; “PAUD ini tujuan pendidikannya apa?”; “Bagaimanakah gambaran umum anak saya setelah lulus dari sini?”
Ketiga, buatlah penjelasan terhadap aspek-aspek yang telah dituliskan sebagai ciri umum profil lulusan PAUD agar yang umum nampak lebih khusus; yang abstrak menjadi konkrit; yang kompleks menjadi sederhana. Kegiatan ini sangatlah penting, dimana penguraian aspek umum pada profil lulusan akan sangat bermanfaat bagi perumusan kegiatan apa yang akan diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut.

Dari contoh sebelumnya usah ada tiga aspek pada profil lulusan PAUD, yaitu: 1) cerdas; 2) berakhlak mulia; dan 3) shalih.

Cerdas berarti memiliki sifat: fathonah. Anak cerdas butuh ilmu, keterampilan dan pelajaran bersikap baik dan benar. Anak perlu bekal menjadi rabbaniyun; gemar belajar Al-Quran, Hadis, do’a dan pelajaran tambahan yang bermanfaat untuk bekal hidupnya serta untuk ia amalkan untuk keluarga dan ummat. Anak yang cerdas tentu pandai mengenal dan memilih mana yang haq dan mana yang batil. Anak perlu bekal sifat Al-iffah, artinya menjaga diri dari perbuatan batil; perlu ash-shobru juga supaya bisa bertahan menyukai perbuatan baik dan menangkal perbuatan buruk…dst.

Berakhlak mulia berarti memiliki sifat: akhlaqul karimah. Anak yang berakhlak mulia tentu harus mengikuti akhlak Rasulullaah Saw. Anak harus mengenal dan mengamalkan rukun iman dan rukun Islam agar akhlaknya mulia. Anak berakhlak mulia wajib berperilaku sesuai tuntunan Al-Quran seperti halnya Rasulullaah Saw yang ikhlas dalam keadaan susah dan senang, berbuat adil dalam keadaan suka dan marah, gemar shodaqoh dalam keadaan kaya atau miskin, mampu memberi maaf kepada saudaranya yang berbuat buruk padanya, bisa menyambung tali silaturahim kepada orang yang memutuskannya…dst. 

Shalih berarti memiliki sifat: shalih atau termasuk golongan orang-orang shaleh. Anak shalih perlu didik dengan melakukan latihan perbuatan baik diantaranya ya’muruna bil ma’ruf wa yanhauna ‘anil munkar. Anak shalih dapat menolong teman dalam kebaikan belajar; misalnya aktif dalam belajar berkelompok dan mencegah teman dari berbuat keburukan saat belajar; misalnya cegah mencontek. Anak shalih memiliki sifat gemar belajar Al-Quran dan sholat, beriman kepada Allaah, Rasulullah Saw dan hari akhir, serta mengamalkan rukun iman lainnya… dst. 

Keempat, membuat ketetapan tujuan pendidikan Islam pada PAUD secara tertulis dengan persetujuan formal semua pihak yang berwenang. Akhirnya buatlah produk berupa; berita acara rapat, surat keputusan, slide profil lulusan PAUD, teks profil lulusan di brosur dan buku.

Dengan adanya sebuah kejelasan tujuan pendidikan Islam bagi anak didik kita, seperti yang telah dirumuskan di atas, maka para pendidik muslim dapat menentukan langkah berikutnya guna menjawab urgensi pertanyaan; “pendekatan apa yang harus saya gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam di PAUD ini?”

-----

Terima Kasih, Selamat Mendidik Generasi
Ridza Gandara

Bagaimana Membuat Tujuan Pendidikan Islam untuk PAUD (Bagian 1)



Alhamdulillaah washolatu wa salam 'ala rosulillaah, wa ba'du 
Hai apakabar semua? Semoga kita semua dalam keadaan sehat wal 'afiat dan senantiasa menaati Allaah dan Rosul-Nya.
OK, langsung saja posting kali ini judulnya Bagaimana Membuat Tujuan Pendidikan Islam untuk PAUD. 

Pertama, awali dengan merencanakan tujuan pendidikan Islam pada PAUD dengan cara menginventarisir sebanyak mungkin ciri-ciri kepribadian muslim atau karakter muslim yang diridhoi Allaah.
Dalam mendidik anak dengan cara Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islami, maka perlu kita kenali ciri-ciri anak-didik yang pada akhirnya harus segera merasakan tujuan pendidikan masa kini dan harus bisa diproyeksikan kecenderungannya untuk merasakan tujuan pendidikan masa datang. Ada tujuan pendidikan yang tercepat untuk dicapai dan ada pula tujuan pendidikan yang sifatnya cukup diarahkan karena waktunya masih panjang ke masa depan anak didik, baik di kehidupan dunia dan akhiratnya.
Misalnya dalam forum curah pendapat yang formal dikumpulkan sifat-sifat mulia para nabi dan rasul, termasuk kepribadian Rasulullaah Saw yang menjadi tauladan terbaik, sebagaimana Allaah telah menyatakan dalam surah Al-Qolam ayat 4: “Artinya: Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” dan surah At-Taubah ayat 128: “Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.”
Kemudian kumpulkan sifat-sifat baik dari para sahabat Rasulullaah Saw, baik dari kalangan laki-laki (shahabat) dan perempuan (shahabiat), serta semua orang yang mengikuti pola sifat kebaikan mereka. Hal ini sangat sudah dijelaskan oleh Allaah dalam surah At-Taubah ayat 100: “Artinya: Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allaah rihda kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allaah. Allaah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung”. Dan pada surah Fushilat ayat 30:  ” Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata,”Tuhan kami adalah Allaah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata),”Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu”.
Ada banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan siapa nabi dan rasul, siapa sahabat dan pengikut mereka yang semuanya sama; beramal baik karena Allaah.
Contohnya kita hendak mengambil sifat-sifat nabi yang diungkapkan dalam Al-Quran, misalnya pada surah Al-Ahzab ayat 21 berikut.

  لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullaah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allaah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allaah.

Coba diambil sifat yang dapat ditumbuhkan pada diri anak usia 4-5 tahun misalnya “meneladani sifat Rasulullaah Saw”, “mengharap rahmat Allaah” (berdo’a), dan “banyak menyebut Allaah” (berdzikir).
Berikutnya kita ambil analisis pada surah Al-Hijr ayat 89 berikut.

وَقُلْ إِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْمُبِينُ
 
“Dan katakanlah, ‘sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dengan bukti-bukti yang nyata.”

Sifat seorang yang mampu “menjelaskan peringatan dengan bukti nyata” ini tanda cerdas (fathonah) pada Rasulullaah Saw yang di-tarbiyyah atau dididik oleh Allaah Subhaanahu wa ta’aala. Sehingga pelajaran baik (hikmah) yang bisa kita ambil dari ayat ini untuk perumusan tujuan pendidikan Islam pada anak usia 4-5 tahun adalah sifat umum, “cerdas” atau fathonah dimana suatu saat ketika anak sudah dididik di PAUD Islam dapat menjelaskan karya yang ia buat berupa gambar, masakan, hasil tanam, sampai mampu menjelaskan apa manfaat berbuat baik kepada orangtua, guru dan teman, misalnya. Insya Allaah, semoga Allaah memberi kepahaman kepada kita semua untuk melaksanakan pekerjaan mulia ini.

Selanjutnya, sebaik-baik keterangan dari Al-Quran adalah hadis Rasulullaah Saw, misalnya kita coba analisis kisah dalam hadis berikut. 

Rasulullaah Saw berkata kepada Asyajj 'Abdul Qais:
إن فيك لخلقين يحبهما الله : الحلم والأناة
"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allaah sukai; sifat santun dan tidak tergesa-gesa"

Lalu Asyajj “Abdul Qais berkata:
يا رسول الله , أهما خلقان تخلقت  ما , أم جبلني الله عليهما
"Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut merupakan hasil usahaku, atau Allaah-kah yang telah menetapkan keduanya padaku?"
Beliau menjawab:
بل جبلك الله عليهما
"Allaahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu".
Kemudian ia berkata:
الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما ورسوله

"Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlaq yang dicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya". (HR. Muslim:17 dan 18, Abu Dawud:5225 dan Ahmad Jilid 4:206).

Alhamdulillaah, coba disoroti sifat “santun” dan “tidak tergesa-gesa” sahabat Asyajj ‘Abdul Qais yang dapat dijadikan sebuah tanda akhlak mulia pada anak usia 4-5 tahun.
 
-----

Terima Kasih, Selamat Mendidik Generasi
Ridza Gandara