Jumat, 14 Desember 2012

Pendidikan Keluarga: Pentingnya Dialog Keluarga untuk Sukses Bersama

Bissmillaah...
Tulisan ini tidak ditujukan untuk menyalahkan orang, tapi untuk memberikan rekomendasi solutif untuk kehidupan keluarga yang dipenuhi dengan berbagai aktifitas saling mendidik satu sama lainnya. Tulisan ini hanya sedikit obrolan santai.

عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
أَخْرَجَهُ أحمد 2/5(4495) و\"البُخَارِي\" 3/196(2554) و\"مسلم\" 7/6(4751~

All American Muslim by TLC ©Discovery Communications LLC


Satu saat saya berbincang dengan pegawai di Dinas KUMKM Jawa Barat bahwa pengrajin batik Trusmi, Cirebon saat ini semakin berkurang re-generasinya, saat ini tinggal banyaknya pengrajin berusia sepuh, bahkan ada yang sudah berusia 70 tahun. Kemanakah para generasi muda yang seharusnya bisa menjadi pengrajin batik Trusmi? Barangkali ada beberapa hal yang belum dibicarakan antara pengrajin sepuh dan anak-anaknya, pastinya kita hanya bisa berdo'a agar mereka semua mendapatkan kebaikan dari Allah Swt.

Di lain waktu saya sempat pula berbincang dengan seorang pengusaha swasta dalam bidang jasa pengiriman kargo di Jakarta, yang mana ia menjadi donatur sebuah perpustakaan masyarakat. Katanya, sulit saat ini mencari tenaga pustakawan di lingkungan keluarga untuk membesarkan kegiatan pendidikan melalui perpustakaan yang dirintisnya. Kemudian ia mengasuh seorang anak muda untuk masuk dalam lingkungan keluarganya, namun setelah didukung kuliahnya, ternyata anak muda ini memilih bekerja di bank swasta. Barangkali ada beberapa hal yang belum dibicarakan di antara mereka, pastinya kita hanya bisa berdo'a agar mereka semua mendapatkan kebaikan dari Allah Swt.

Kemudian saat bertemu dengan satu keluarga di Subang, saya menemukan data, bahwa ada seorang pemuda di keluarga tersebut yang pernah kuliah S1 kependidikan, lalu S2 ketahanan nasional, dan akhirnya kini bekerja sebagai guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)yang penghasilannya per-bulan di bawah UMK. Luar biasa! Potensi pemuda dengan pendidikan tinggi yang bagus, namun pemuda itu dan keluarganya masih merasa belum merasakan kepuasan yang selaras. Lagi-lagi, ingatlah kita hanya perlu mendo'akan kebaikan dan jalan terbaik bagi mereka semua.

Berjalan lagi ke daerah Soreang di sebuah komunitas pemerintahan daerah, saya bertemu seorang bapak yang sudah sepuh, ia pegawai negeri sipil, dan putrinya pun seorang pegawai negeri sipil. Ijazah anaknya adalah jurusan hukum, saat ini mengalami mutasi tugas asalnya dari dinas yang mengurusi masalah sosial, namun kini menjadi petugas di dinas yang mengurusi masalah pendidikan. Padahal harapan bapaknya, sebaiknya putrinya ini ditugaskan di biro hukum atau dinas yang urusannya berkaitan dengan hukum. Ya, memang ada unsur pengaruh Badan Kepegawaian dan Jabatan, dan ini tentu jadi PR yang harus diselesaikan pula oleh Pemerintah Pusat dan Daerah agar selayaknya menempatkan PNS sesuai dengan keahliannya dari sejak formasi sampai mutasi. Ya, kita do'akan pula solusi terbaik untuk semua pihak terkait agar mendapat jalan berkah dari Allah Swt.

Bicara masalah visi atau gambaran abstrak di masa kini dan masa datang, tentunya dalam keluarga itu harus senantiasa dibina suasana kekeluargaan yang sesungguhnya. Di antaranya harus memiliki ciri-ciri; 1) akrab; 2) saling mengasihi; 3) saling menyayangi; 4) saling mendukung; 5) saling terbuka untuk perbaikan. Keluarga tentu saling belajar, saling mengajar, saling melatih, dan tentunya saling mendidik. Terutama didikan orangtua kepada anaknya adalah mutlak menjadi amanah yang wajib dilaksanakan. Sehingga perlu dibangun sebuah budaya dialog yang saling menguatkan satu sama lain untuk kesuksesan kegiatan saling belajar dan saling mendidik di dalam keluarga. Tanpa dialog yang baik, pendidikan keluarga tidak akan baik. Dan tanpa dialog yang benar, maka pendidikan keluarga tidak akan benar.

Sehebat apa pun keinginan seorang anggota keluarga untuk mengajari anggota keluarga lainnya, apabila tidak diawali dan dibarengi oleh dialog yang baik, maka insya Allah kegiatan mengajar antar anggota keluarga tidak akan berjalan dengan baik.

Seideal apa pun rumus mendidik dari ayah untuk anaknya, apabila ayah bicara dengan marah-marah tidak jelas kenapa dan aturannya apa, maka anak bisa jadi benci pada ayahnya dan tidak mau belajar pada ayahnya.

Dialog yang baik dan benar sangat dibutuhkan untuk membangun sistem pendidikan keluarga yang baik dan benar. Dalam sebuah sistem pendidikan keluarga tentunya ada visi bersama, dan gabungan dari visi para individu anggota keluarga.

Pembuatan visi bersama antar anggota keluarga harus diwadahi oleh dialog yang baik; misalnya disampaikan kata-kata yang sopan dan santun di antara anggota keluarga. Selanjutnya pembuatan visi bersama itu pun harus dihantarkan dengan dialog yang benar; misalnya pembicaraan terarah dan jelas, artinya ada arah topik dan tema pembicaraan serta kejelasan batasan waktu dan nilai positifnya.

"Wah ada masalah, ayo kita rapat keluarga yuk..."
Kalimat semacam ini menandakan adanya kegiatan dialog sekeluarga, seolah formal seperti di dalam organisasi formal. Ya, meski keluarga adalah organisasi sosial yang in-formal, tapi perlu mengadakan pertemuan. Pertemuan inilah yang disebut kegiatan musyawarah dimana di dalamnya terdapat dialog antar anggota keluarga. Pertemuan semacam ini harus dimanfaatkan untuk menyamakan visi antar anggota keluarga, khususnya tentang: 1) pendidikan keluarga; 2) pendidikan formal yang akan diikuti; 3) regenerasi usaha keluarga; 4) kebutuhan keluarga dan kebutuhan usaha; 5) solusi peningkatan dan perbaikan kualitas hidup keluarga.

Apa pun masalah di antara anggota keluarga harus dibicarakan di dalam keluarga untuk penyelarasan gerakan bersama. Apabila ada egoisme individual, misalnya anak tidak mau nurut pada orangtuanya: seorang remaja x tidak mau sekolah di SMU, lalu ia kabur dengan pacarnya. Setelah diketahui faktor penyebab masalahnya adalah penyakit egoisme negatif pada diri remaja x yang dipengaruhi pacarnya, maka orangtua pun berusaha mencari anaknya dan berkoordinasi dengan orangtua pacar anaknya. Buat apa? Untuk mengadakan solusi bersama agar kedua remaja yang pacaran itu berhenti untuk egois dan mulai berani menerima arahan orangtua yang menyayangi mereka, karena orangtua mereka ingin anak-anaknya jauh dari zina dan bisa berperilaku sosial yang sehat.

Contoh lainnya, semisal masalah penghasilan orangtua yang sudah memasuki masa pensiun, lalu anaknya yang berusia 23 tahun masih nganggur belum berpenghasilan. Maka ini pun perlu dialog yang rutin, akrab dan penuh kasihsayang serta mencerdaskan. Supaya anak 23 tahun yang belum sadar itu bersemangat mencari kerja, maka orangtuanya mulai memperbaiki pola ibadahnya, mereka berdo'a rutin setiap hari untuk anaknya sambil terus mengadakan dialog dengan sang anak terkasih agar mau menyadari apa yang harus dilakukannya. Ketika anak sudah sadar, maka ia berpikir untuk menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtuanya, ia ikuti pola ibadah orangtuanya, dan mulai mencari simpul-simpul informasi lowongan pekerjaan. Pekerjaan dan gaji yang dicari olehnya adalah penting bagi dirinya dan untuk membantu kedua orangtuanya pula.

Apa pun masalahnya di antara keluarga; apakah jalan karir, jalan pendidikan atau pola kegiatan dan pola hidup sehari-hari... Harus bisa diselaraskan dalam dialog hangat dan solutif di keluarga. Sebelum terjadi penyebaran berita tentang kekurangan dan aib keluarga kepada tetangga dan teman, maka sebaiknya setiap anggota keluarga mengadakan dialog kekeluargaan sebagaimana mestinya.

Bermusyawarahlah, bangun visi bersama dengan dialog keluarga. Samakan visi dengan dialog pula di antara keluarga. Keluarga adalah kenikmatan dan kebahagiaan di dunia, jangan sampai melewatkan kesempatan hidup dalam keluarga. Jika kita tak punya keluarga, hidup akan terasa sulit menjadi beban sendiri. Makanya hiduplah secara layak dengan keluarga.

Bangun dialog terus-menerus.Siapa pun orangnya di antara keluarga; apakah ayah, bunda, anak lelaki, anak perempuan, sepupu, kakek, nenek dan lainnya... Berusahalah dengan keras bangun dialog bersama.

Akrablah dengan keluarga. Berkasihsayanglah di antara keluarga. Saling sopan dan santunlah dalam berbicara untuk membuat visi, menyamakan visi, meng-komunikasikan keinginan agar sukses bareng sekeluarga.

Pokoknya jika anak mau jajan, bicara sama orangtua. Jika anak mau liburan, musyawarah keluarga. Jika ayah mau kuliah lagi, ngobrol sekeluarga. Apabila ibu akan membuat bisnis online, dialogkan dengan ayah dan anak-anak. Apabila anak mau membuat kelompok di sekolahnya atau di kampusnya, bicaralah dengan ayah dan bunda juga... Untuk apa semua dialog ini? Untuk menyamakan visi menuju kesuksesan keluarga. Sehingga semua anggota keluarga jadi hidup selayaknya keluarga. Bukan seperti orang asing.

Dialog keluarga itu wajib untuk kesuksesan pendidikan keluarga dan hidup keluarga di dunia ini.

Semoga beroleh berkah dan pahala terbaik di akhirat kelak.

Alhamdulillah. Astaghfirullaha lii wa lakum.

Semangat terus keluarga Indonesia! Hasilkan terus solusi bersama!

Sekian dan Terima Kasih,
Ridza Gandara